Perpusnas Dan Tantangan Teknis Pasca Repatriasi Naskah Kuno Dari Selandia Baru

Selasa, 09 Desember 2025

    Bagikan:
Penulis: Bakhtiar Hadi
Arahan teknis mencakup kajian material naskah (kertas, tinta), pembuatan metadata mendalam, dan pengembangan sistem informasi khusus untuk manajemen dan akses koleksi manuskrip. (Doc. perpusnas.go.id)

Jakarta - Kesuksesan repatriasi naskah kuno asal Indonesia dari Selandia Baru membawa Perpustakaan Nasional RI pada tahap baru yang penuh tantangan teknis. Menyadari kompleksitas penanganan benda warisan yang rapuh, Kepala Perpusnas mengeluarkan tiga arahan operasional yang bersifat teknis dan spesifik. Arahan ini meliputi kajian ilmiah terhadap material naskah, penyusunan metadata yang kaya, serta perancangan sistem digital yang dirancang khusus untuk koleksi manuskrip. Fokusnya adalah pada aspek preservasi dan manajemen pengetahuan yang berkelanjutan.

Langkah pertama yang bersifat teknis adalah melakukan kajian material secara komprehensif. Tim konservasi dan laboratorium Perpusnas akan menganalisis komponen fisik setiap naskah, seperti jenis kertas atau daluang, komposisi tinta, pigmen warna, dan bahan perekat yang digunakan. Analisis ini dapat menggunakan teknologi non-destruktif seperti mikroskop digital atau spektroskopi. Tujuannya adalah untuk memahami teknologi pembuatan naskah masa lalu, mendiagnosis jenis kerusakan, dan menentukan protokol perawatan serta lingkungan penyimpanan yang paling tepat.

Arahan teknis kedua adalah pembuatan metadata yang sangat detail dan terstruktur. Metadata tidak hanya berisi judul dan penulis, tetapi juga deskripsi fisik (ukuran, jumlah halaman, kondisi), aspek intrinsik (aksara, bahasa, kolofon, iluminasi), sejarah kepemilikan (provenansi), dan keterkaitan dengan naskah lain. Pekerjaan ini membutuhkan keahlian filolog, sejarawan seni, dan pustakawan spesialis. Metadata yang kualitasnya tinggi merupakan kunci untuk penelusuran, penelitian komparatif, dan manajemen koleksi yang efisien.

Arahan ketiga adalah pengembangan atau penyempurnaan platform sistem informasi khusus untuk manuskrip. Platform ini harus mampu menampung data digital beresolusi tinggi, metadata lengkap, dan menyediakan alat bantu bagi peneliti seperti zoom detail, pencarian teks dalam gambar (jika sudah dialihaksarakan), dan keterkaitan referensi. Platform ini juga harus mematuhi standar internasional seperti IIIF (International Image Interoperability Framework) agar dapat terhubung dengan repositori manuskrip global.

Tantangan lingkungan penyimpanan juga menjadi perhatian serius. Naskah kuno memerlukan ruangan dengan pengendalian iklim mikro yang ketat, yaitu suhu dan kelembaban relatif yang konstan, serta proteksi dari cahaya ultra violet dan polutan udara. Perpusnas harus memastikan bahwa fasilitas preservasinya memenuhi standar "ruang khusus naskah kuno" sebelum benda-benda repatriasi ini disimpan secara permanen. Hal ini sering kali memerlukan investasi dan pemeliharaan teknologi HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) yang khusus.

Selain preservasi fisik, ancaman terhadap preservasi digital juga harus diantisipasi. File digital hasil pemindaian harus disimpan dalam format yang tidak terikat pada satu software proprietari, dilakukan migrasi berkala untuk mengatasi keusangan format, dan memiliki backup di lokasi geografis yang berbeda. Manajemen aset digital ini memerlukan kebijakan dan prosedur yang baku untuk menjamin naskah digital tetap dapat diakses puluhan bahkan ratusan tahun mendatang.

Untuk melaksanakan arahan teknis yang kompleks ini, Perpusnas perlu memperkuat jejaring dengan lembaga riset seperti LIPI (dalam analisis material), BRIN (dalam pengembangan platform), serta perguruan tinggi. Pelatihan dan pertukaran ahli dengan lembaga sejenis di Selandia Baru atau negara lain yang telah berpengalaman juga akan sangat bermanfaat. Pendekatan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi adalah satu-satunya jalan untuk memastikan naskah kuno tidak hanya selamat secara fisik, tetapi juga "dihidupkan" kembali dalam ekosistem pengetahuan digital.

Dengan fokus pada aspek teknis yang mendetail, Perpusnas menunjukkan pendekatan yang matang dan profesional dalam menangani warisan bangsa. Repatriasi adalah awal, tetapi nilai sesungguhnya terletak pada kemampuan bangsa untuk mengelola, mempelajari, dan mewariskan pengetahuan dari naskah tersebut secara tepat dan berkelanjutan. Ini adalah tugas peradaban yang memadukan kecanggihan teknologi masa kini dengan rasa hormat pada karya agung masa lalu.

(Bakhtiar Hadi)

Baca Juga: Perkuat Tri Dharma, Perpusnas Dan FIB UI Bahas Kerja Sama Pendidikan Dan Penelitian
Tag

    Bagikan:

Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.