Bogota - Dalam kontras yang tajam dengan retorika konfrontatif yang sering terdengar dari Washington, Presiden Kolombia Gustavo Petro kembali menegaskan komitmennya pada jalan dialog dan diplomasi untuk menyelesaikan krisis Venezuela. Penolakannya yang keras terhadap usulan Donald Trump untuk menutup wilayah udara Venezuela bukan sekadar penolakan terhadap sebuah gagasan, melainkan afirmasi dari filosofi politik luar negeri yang dianutnya: bahwa perdamaian dan stabilitas hanya dapat dicapai melalui pembicaraan dan pemahaman bersama, bukan melalui ancaman dan isolasi.
Pendekatan Petro berakar dari keyakinan bahwa krisis politik dan kemanusiaan di Venezuela tidak akan terpecahkan dengan lebih banyak penderitaan yang ditimpakan pada rakyatnya. Penutupan wilayah udara, yang akan menghambat perjalanan dan perdagangan secara drastis, dilihatnya sebagai hukuman kolektif yang akan berdampak paling keras pada warga sipil yang sudah terjepit, bukan pada elite politik yang menjadi target. Sebaliknya, Petro mendorong terciptanya kondisi yang memungkinkan dialog inklusif antara pemerintah Maduro dan oposisi.
Kolombia di bawah Petro telah secara aktif mencoba memainkan peran konstruktif. Pemerintahnya telah membuka saluran komunikasi dengan Caracas, memulihkan hubungan diplomatik penuh, dan bekerja sama dalam isu-isu praktis seperti keamanan perbatasan dan reintegrasi migran. Upaya-upaya ini, meski tidak tanpa kritik di dalam negeri, bertujuan untuk membangun kepercayaan dan menciptakan titik terang untuk solusi politik yang dinegosiasikan oleh orang Venezuela sendiri.
Filosofi ini menemukan resonansi di antara sejumlah pemimpin dan organisasi regional yang percaya bahwa dekade pendekatan keras—dari sanksi ekonomi hingga pengakuan pemerintahan saingan—telah gagal mencapai tujuannya. Dengan memperkuat suaranya, Petro membantu mengartikulasikan alternatif yang berpusat pada kemanusiaan, kedaulatan, dan pragmatisme. Alternatif ini menawarkan jalan keluar dari kebuntuan yang telah menyandera kebijakan regional selama bertahun-tahun.
Pentingnya pendekatan dialogis juga terletak pada pengakuan terhadap realitas geopolitik yang berubah. Dengan meningkatnya kehadiran aktor global lain di kawasan, solusi yang dipaksakan dari satu pihak saja semakin tidak mungkin berhasil. Sebuah penyelesaian yang dinegosiasikan, yang memiliki legitimasi regional yang luas, dianggap lebih tahan lama dan dapat mencegah Venezuela menjadi ajang proxy war antara kekuatan-kekuatan besar.
Tentu saja, jalur diplomasi penuh dengan tantangan. Proses dialog internal Venezuela telah terhenti berkali-kali, dan kepercayaan antara para pihak sangat rendah. Namun, pendukung pendekatan ini berargumen bahwa tidak ada solusi militer yang layak, dan bahwa tekanan maksimum telah mencapai titik diminishing returns. Yang dibutuhkan, menurut mereka, adalah kesabaran, kreativitas diplomatik, dan kemauan untuk berkompromi—nilai-nilai yang coba diwujudkan oleh Petro.
Dengan memilih untuk memperkuat narasi dialog di saat narasi konfrontasi kembali mengemuka dari utara, Gustavo Petro tidak hanya membentuk kebijakan luar negeri Kolombia, tetapi juga berkontribusi pada perdebatan yang lebih luas tentang masa depan tata kelola dan resolusi konflik di Amerika Latin. Pilihannya akan diuji oleh waktu, tetapi telah jelas menandai arah yang berbeda untuk keterlibatan regional.