Majalengka - Kadang, titik terendah justru menjadi landasan yang kuat untuk melompat lebih tinggi. Prinsip itu sedang diuji oleh Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati. Paruh kedua tahun 2025 mencatat momen penting, sekaligus menantang, bagi bandara termegah di Jawa Barat ini: untuk pertama kalinya, seluruh penerbangan domestiknya terhenti setelah rute terakhir menuju Denpasar berakhir pada Juni. Vakum ini bukan akhir dari cerita, melainkan awal dari sebuah perencanaan kebangkitan yang lebih matang dan penuh perhitungan untuk tahun 2026.
Di balik kesenyapan ruang keberangkatan domestik, manajemen bandara justru mendapat ruang untuk bernapas dan mengevaluasi secara mendalam. Corporate Secretary Manager BIJB Kertajati, Imam Rasyidin, mengakui bahwa kondisi ini menyadarkan semua pihak tentang perlunya pendekatan yang berbeda, yang tidak hanya mengandalkan keinginan maskapai, tetapi juga menawarkan solusi konkret atas hambatan yang mereka hadapi. Hasil evaluasi itu kini terwujud dalam skema insentif pengembangan rute yang dirancang khusus dan belum pernah diterapkan sebelumnya di bandara ini.
Skema baru itu lahir dari pengakuan akan realitas pasar. Terbatasnya jumlah armada pesawat yang aktif beroperasi di Indonesia—sekitar 370 unit dari total 750—membuat maskapai sangat selektif memilih rute yang paling menguntungkan. Untuk bersaing, Kertajati tidak bisa hanya menawarkan fasilitas bagus, tetapi harus turut serta memitigasi risiko bisnis maskapai di fase awal. Inilah esensi dari skema insentif berbasis perhitungan biaya operasional, yang bertujuan menciptakan kondisi "minimal tidak rugi" bagi mitra maskapai.
Optimisme menatap 2026 juga didukung oleh sinyal positif dari satu-satunya rute reguler yang bertahan: Scoot ke Singapura. Kinerja rute ini dengan keterisian konsisten di atas 80% membuktikan bahwa ada pasar yang loyal dan dapat diandalkan. Keberhasilan kecil ini menjadi reminder bahwa dengan strategi yang tepat, pasar dapat dibentuk dan dipertahankan.
Langkah ke depan kini telah dipetakan dengan jelas. Reaktivasi bertahap terhadap tiga rute domestik utama (Denpasar, Balikpapan, Makassar) akan menjadi prioritas, didampingi dengan strategi pemasaran agresif yang melibatkan promosi dan paket wisata. Pembenahan ekosistem pendukung seperti fasilitas MRO dan penjajakan pasar kargo juga terus digenjot. Semua ini dilakukan dengan semangat baru yang lahir justru dari masa-masa vakum yang penuh pembelajaran.