Jakarta - Landskap pariwisata global terus berubah, dan tren untuk tahun 2025 mencerminkan dua sisi yang menarik. Di satu sisi, ada dorongan kuat dari para pelancong untuk mencari pengalaman autentik di destinasi yang kurang terkenal atau "under-the-radar". Di sisi lain, kota-kota wisata legendaris tetap menjadi magnet utama, meski harus berhadapan dengan tantangan klasik yang semakin mencuat pasca pandemi, seperti keamanan dan kebersihan lingkungan.
Lonely Planet, panduan perjalanan terkemuka, dalam rekomendasinya untuk 2025 justru menyoroti kota-kota yang bukan merupakan ibu kota besar. Toulouse di Prancis dinobatkan sebagai kota nomor satu yang wajib dikunjungi, dipuji karena galeri seni, kafe, dan komitmen daur ulangnya. Chiang Mai di Thailand utara direkomendasikan untuk lanskap kulinernya yang segar dan menarik. Rekomendasi ini sejalan dengan tren dimana 63% wisatawan dilaporkan lebih memilih perjalanan ke tempat yang lebih sepi daripada destinasi populer yang ramai.
Namun, daya tarik kota-kota ikonik dunia tetap tak terbantahkan. Prancis, Spanyol, Italia, dan Amerika Serikat masih menduduki puncak daftar negara paling banyak dikunjungi. Masalahnya, popularitas ini sering kali membebani infrastruktur dan keamanan kota. Bangkok, yang merupakan kota paling banyak dikunjungi di dunia, sekaligus menempati peringkat pertama untuk laporan pencopetan. Roma dan Paris, selain masuk daftar titik rawan pencopetan, juga termasuk dalam daftar kota dengan keluhan kebersihan tertinggi dari wisatawan.
Kondisi ini menciptakan dilema bagi pelancong. Di satu pihak, ada keinginan untuk mengunjungi landmark bersejarah seperti Colosseum, Menara Eiffel, atau Sagrada Familia yang hanya ada di kota-kota tersebut. Di pihak lain, kekhawatiran akan menjadi korban kejahatan atau merasa tidak nyaman dengan lingkungan yang kotor dapat mengurangi kenikmatan berlibur. Fenomena ini mendorong pertimbangan yang lebih matang dalam memilih destinasi.
Bagi mereka yang tetap ingin mengunjungi kota-kota besar, persiapan menjadi kunci mutlak. Selain tips keamanan umum, mempertimbangkan waktu kunjungan (di luar musim puncak), memilih akomodasi di area yang lebih tenang namun tetap terhubung, serta menyisihkan waktu untuk menjelajahi kawasan di luar pusat kota yang terlalu touristy, bisa menjadi strategi. Eksplorasi ke distrik-distrik lokal sering kali memberikan pengalaman yang lebih autentik dan relatif lebih aman.
Perkembangan ini juga menjadi sinyal bagi otoritas pariwisata di seluruh dunia. Keberlanjutan industri pariwisata tidak hanya bergantung pada angka kunjungan, tetapi juga pada kemampuan menjaga kualitas pengalaman wisatawan, termasuk aspek keamanan dan kebersihan. Investasi dalam patroli keamanan di titik rawan, edukasi kepada wisatawan, dan pengelolaan sampah yang lebih baik adalah langkah-langkah penting untuk menjaga reputasi dan daya tarik suatu destinasi dalam jangka panjang.